Saat Alkitab Menjadi Barang Langka


Hari Senin lalu tepatnya tanggal 19 April 2010, aku beserta teman-teman dadakan nonton film-sebetulnya rencananya udah dari minggu lalu-The Book of Eli (yah sepertinya kalo rencana jalan2 dadakan memang lebih berhasil daripada rencana jalan2 yang dipersiapkan secara matang). Film ini menceritakan tentang seorang laki-laki-bernama Eli-yang membawa sebuah buku dan menempuh perjalanan ke barat untuk suatu misi. Di satu sisi, ada seorang "penjabat"-yah dapat dikatakan pejabat karena dia yang berkuasa di daerah itu-yang sedang mencari-cari satu buku yang dianggap dapat memberikan kekuatan kata-kata, agar ia dapat menguasai dan mengatur dunia. Singkat cerita kedua orang ini bertemu dalam suatu pertikaian hebat, dan sang "pejabat" itu mengetahui bahwa buku tersebut berada di tangan Eli. Akhirnya dengan semua pasukan-anak buahnya-yang dimilikinya, ia berusaha merebut buku tersebut dari tangan Eli. Ternyata oh ternyata, buku yang diperebutkan itu adalah... (sound effect: jeng..jeng..) ALKITAB!!! Tapi yang lebih mengejutkan lagi, Alkitab tersebut adalah Alkitab Braile. Ternyata selama ini Eli adalah seorang yang memiliki cacat buta (padahal kalo melihat gaya bertarung Eli tidak akan ada yang menyangka bahwa ia buta). Film ini mengambil setting pasca setelah perang besar yang terjadi. Dimana bumi sudah hancur dan populasi sangat sedikit (dibanding sekarang tentunya). Dimana barang-barang yang dulu melimpah ruah-sampai digunakan berlebih-sekarang menjadi hal yang langka, seperti shampo, sabun, air, dll. Dimana berlakunya lagi sistem barter. Saat inilah buku menjadi barang yang langka-karena pada waktu perang semua buku dibakar hidup-hidup, dan banyak orang yang mengidap buta huruf. Salah satunya adalah Alkitab yang merupakan barang super duper langka dan hanya tinggal satu yang dimiliki oleh Eli. Ok That's it! Cukup membicarakan filmnya.

Ada beberap hal yang aku pelajari dari film tersebut...
Sosok Eli adalah sosok yang rajin membaca Alkitab setiap hari-apalagi ia buta-bahkan sampai hafal karena di akhir cerita, Eli menulis ulang semua isi Alkitab tersebut. Two Thumbs Up! Kalau dibandingkan dengan diriku, oh.. ngga ada apa-apanya aku ini. Jangankan menghafal seluruh isi Alkitab, membaca Alkitab saja sudah menjadi hal yang sulit buatku. Rasa malas untuk membukanya selalu menjalar-kecuali di hari minggu ketika ibadah-pada diriku. Kita yang menganggap bahwa diri kita anak Allah, harusnya mau untuk membaca Alkitab-yang notabene merupakan surat dari Allah-setiap hari. Bagaimana mungkin seorang anak bisa mengetahui kehendak Bapanya jika tidak mendengarkan dan membaca kata-kata yang diucapkan dan ditulis oleh Bapanya.

Hal kedua adalah ketika Eli berusaha mati-matian menjaga Alkitab tersebut, sedangkan orang lain membutuhkan pertolongannya. Selama ini Eli lupa melakukan apa yang sebenarnya tertulis di Alkitab, bukan hanya membacanya saja. Ada adegan dimana Eli yang mengabaikan orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Ini adalah hal yang mungkin sering kita lakukan ketika kita hanya membaca Alkitab tanpa merenungkan siang-malam apa yang tertulis di dalamnya. Dari khotbah minggu lalu, pendeta berkata bahwa merenungkan firman siang-malam, bukan berarti kita secara hurufiah menghafal ayat-ayat tersebut sambil jalan di waktu siang maupun malam, tetapi ketika kita melakukan aktivitas sehari-hari dengan berpegang pada apa yang disampaikan Alkitab. Di suatu titik Eli tersadar ketika harus memilih antara menyelamatkan Solara atau Alkitab yang dimilikinya, dia lebih memilih Solara, karena isi Alkitablah yang terpenting, bukan hanya wujudnya. Aku jadi teringat hal konyol yang aku lakukan waktu kecil-aku adalah seorang penakut yang gemar nonton film horror-aku berpikir bahwa Alkitab dapat mengusir setan, atau setidaknya menjauhkan setan daripadaku. Tapi sebenarnya iman kita yang kita percaya, iman kita terhadap apa yang disampaikan melalui Alkitab yang menuntun kita, bukan benda-benda religius tersebut.

Ketiga, adalah ketika agama menjadi suatu kekuatan politik bukanlah hal yang baik. di lihat dari keinginan sang "penjabat" yang ingin menggunakan agama dalam mengatur dunia menjadi apa yang diinginkannya. Agama bukanlah politik. Justru agama berjalan beriringan dengan politik. Jika politik melakukan kesalahan, agama yang harus mengingatkan dan menjadi penunjuk arah yang benar. Bukan memaksakan politik yang berdasarkan agama

Lalu, berbading terbalik dengan film di atas, Alkitab saat ini di Jakarta khususnya merupakan barang-barang yang dapat dengan mudah ditemukan dimana-mana. Aku sangat sedih kalo melihat bahwa di Gerejaku, Alkitab bertebaran di semua ruangan-yah agak lebai sih, ngga di semua ruangan tapi hampir di semua ruangan strategis yang ada-apakah itu Alkitab yang sudah usang, maupun yang masih baru, entah itu karena ketinggalan, atau mungkin sengaja ditinggalkan. Sayang sekali seakan-akan Alkitab menjadi hal yang tidak penting sama sekali sehingga dapat ditinggalkan begitu saja.

Ada pertanyaan menggelitik yang ada di otakku ketika selesai menonton film tersebut. Jika suatu saat nanti Alkitab menjadi barang yang sangat teramat langka, akankah kita masih mau mencarinya? atau malah melupakannya? akankah kita masih mau membaca dan merenungkannya?

Sedikit note: hal ini sedikit banyak tidak berhubungan dengan film. Setelah selesai menonton, aku dan teman-temanku mampir untuk makan di sebuah restoran. Di belakang meja kami ada sekelompok wanita (ada yang sudah berumur, ada juga yang terlihat masih muda). Jam saat itu menunjukkan pukul 11 malam, dan kami masih asik saja bermain UNO. Tanpa kami sadari ternyata kelompok wanita di belakang kami sedang berdoa dan saling mendoakan sebelum mereka berpisah. Jujur aku kaget, baru kali ini aku melihat praktek langsung sebuah kelompok kecil/komsel. Aku jadi malu sendiri, kenapa tidak bisa seperti itu. Boleh dibilang aku cukup sering berkumpul dan berjalan bareng dengan teman-temanku yang seiman, tapi sepertinya kami tidak pernah saling memberikan kekuatan doa seperti contoh sekelompok orang tadi. Biasanya setelah capai berjalan-jalan kami langsung pulang. Aku berharap mungkin aku bisa melakukan hal tersebut bersama teman-temanku. Seperti yang Eli lakukan dengan mengajarkan Solara berdoa.

2 Response to "Saat Alkitab Menjadi Barang Langka"

  1. Nirmala says:
    April 20, 2010 at 1:58 AM

    hehe...suka ga mel ma film-nya?
    iya, ayo jangan kebanyakan jalan2, ktb aja yok, hehe..

  2. Melina Adriani says:
    April 20, 2010 at 7:46 PM

    filmnya keren sih, cuma ada adegan2 sadis ;p. Hehehe.. jalan2 sih gpp mal, tp juga harus diselingi sesuatu yang bermutu, seperti saling mendoakan dan sharing..